Zoom
memulai klaimnya itu dengan permintaan maaf atas kebingungan yang mereka
sebabkan. Melalui blog perusahaan, Zoom menegaskan bahwa privasi dan keamanan
pengguna adalah prioritas. "Kami ingin menanggapi beberapa kekhawatiran
terhadap kebijakan privasi Zoom," pernyataan Zoom dikutip Antara.
Zoom
menagaskan tidak pernah menjual data pengguna dan "tidak berniat menjual
data pengguna". Zoom mengaku hanya mengambil data yang diperlukan untuk
menggunakan layanan konferensi video, antara lain alamat IP pengguna, rincian
perangkat dan sistem operasi yang digunakan.
"Partisipan diberi tahu, baik melalui audio maupun video, jika pengurus merekam rapat tersebut di Zoom, mereka memiliki pilihan untuk ikut atau meninggalkan rapat," kata Zoom.
"Partisipan diberi tahu, baik melalui audio maupun video, jika pengurus merekam rapat tersebut di Zoom, mereka memiliki pilihan untuk ikut atau meninggalkan rapat," kata Zoom.
Mengenai rekaman pertemuan di Zoom bergantung pada keputusan administrator,
apakah mereka mau menyimpan di penyimpanan lokal atau lewat komputasi awan
Zoom.
"Kami memiliki akses kontrol untuk mencegah akses ilegal ke rekaman
rapat yang disimpan di cloud kami," kata Zoom.
Zoom juga
menyatakan tidak mengawasi rapat atau konten yang ada selama pertemuan virtual.
Terkait dengan akses ke pihak ketiga, Zoom menyatakan tidak pernah memberikan
data, termasuk audio, video, dan obrolan kepada pihak ketiga untuk keperluan
iklan.
Zoom meminta pengguna untuk mematikan "cookie preferences "di
situs web zoom agar tidak mendapatkan iklan target tentang aplikasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar